Pembuatan kapal perang di Batam melalui sejumlah tahapan penting, dan salah satu yang paling krusial adalah keel laying. Tahapan ini menandai dimulainya pembangunan struktur utama kapal. Pada 19 November 2025, Kementerian Pertahanan dan PT Noahtu Shipyard resmi memulai konstruksi Offshore Patrol Vessel (OPV) ke-3 bernomor lambung H7117.
Mengapa Keel Laying Penting?
Keel laying memenuhi regulasi internasional Safety of Life at Sea (SOLAS). Standar ini mensyaratkan pemasangan blok baja minimal 50 ton atau sekitar 1 persen dari total berat kapal. Dengan terpenuhinya syarat tersebut, proses pembangunan OPV ke-3 dinyatakan sah untuk memasuki tahap konstruksi penuh.
Seperti Apa Kapal OPV ke-3 Ini?
Kapal ini didesain untuk menjalankan Operasi Militer Perang. PT Noahtu Shipyard memasang sistem surface to surface warfare, surface to air warfare, dan electronic warfare. Dengan panjang 98 meter dan lebar 13,5 meter, kapal ini mampu melaju hingga 28 knots.
Bagaimana Kapal Ini Berperang?
OPV ke-3 akan menggunakan Combat Management System. Sistem ini bekerja sebagai pusat kendali yang menghubungkan radar, sensor, senjata, dan komunikasi sehingga kapal dapat mendeteksi serta merespons ancaman dalam waktu singkat.
Apa Manfaatnya bagi Indonesia?
Pembangunan kapal ini mendukung kekuatan TNI AL dalam menjaga kedaulatan laut. Selain itu, program ini berperan sebagai pembinaan industri pertahanan dalam negeri, sehingga galangan kapal nasional semakin siap memproduksi kapal sejenis di masa depan.
Apakah Kapal Ini Bisa Dipakai Selain Perang?
Ya. Selain fungsi tempur, OPV ke-3 dapat menjalankan OMSP seperti misi SAR, Opskamla, dan bantuan bencana. Fleksibilitas inilah yang membuat kapal jenis OPV menjadi salah satu aset strategis Indonesia.
Tradisi Penutupan Keel Laying
Proses keel laying ditutup dengan peletakan koin di bawah Blok B01 sebagai simbol harapan dan keberuntungan dalam pembangunan kapal. Seremoni berlanjut dengan penandatanganan berita acara dan penekanan tombol sirene.
